Jumat, 30 Maret 2012

conditional sentence


CONDITIONAL SENTENCES
    Conditional Sentences (conditionals) is a phrase used to express something that may happen or not happen. This sentence consists of two parts:
1.       Main Clause (Parent sentence): the sentence can stand alone oyang because it has a subject and predicate.
2.       Sub-ordinate Clause / If clause (clause): the sentence can not stand alone / must be attached to the main clause.
Example :
There are three forms of modality: Possible Future Condition, Condition Present Unreal, Past Unreal Con-dition. In this book, will be discussed Possible Future Condition alone (another form will be studied in high school). Possible Future Conditional use fatherly stating something that would happen or would do at the time will come when the conditions are met.
Pattern :
S  +  will  +  V1  + if  + S + V1/V1+s/es
Or
If   +   S   +   V1/ V1+s/es , S  + will + V1
Description:
If Clause dapat ditempatkan di awal kalimat tanpa mengubah arti, tetapi kalimat kedua harus didahului koma (,)

Zero Conditional

Used to express general truths. Present tense is used typically Simple Tense

Formula

(Klausa IF)
(Induk Kalimat)
If you heat water to 100 degrees Celsius,
it boils.
or
(Induk Kalimat)
(Klausa IF)
Water boils
if you heat it to 100 degrees Celsius,
example:
·         If you drop an apple, it falls. = An apple falls, if you drop it.
·         If you don't do your homework, I will be disappointed. = I will be disappointed, if you don't do your homework.
Note: In this type, "if" is often replaced with "when"

Conditional Tipe I

Used to express a supposition that is made based on facts in the present or the future and this assumption could happen. Clause "if" is usually in the form Simple Present Tense.

Formula

(Klausa IF)
(Induk Kalimat)
If I see you tomorrow,
I will buy you a drink.
or
(Induk Kalimat)
(Klausa IF)
I will buy you a drink
if I see you tomorrow.
We often use unless which means' if ... no.

Formula

(Klausa IF)
(Induk Kalimat)
Unless you hand in your homework,
I won't mark it.
That is
If you don't hand in your homework,
I won't mark it.
or
(Induk Kalimat)
(Klausa IF)
I won't mark your homework
unless you hand it in.
That is
I won't mark your homework
if you don't hand it in.
Note: We will never use, or will not in the IF clause.
Example :
·         If I have time today, I will phone my friend. = I will phone my friend, if I have time today.
·         If I go to England, I will buy some Cheddar cheese. = I will buy some Cheddar cheese, if I go to England.

Conditional Tipe II

Used to express unreal situations in the present or the future. This type is used to express a hope. Tenses used in the IF clause is the Simple Past Tense

Formula

(Klausa IF)
(Induk Kalimat)
If I won the lottery,
I would buy a new house.
or
(Induk Kalimat)
(Klausa IF)
I would buy a new house
if I won the lottery.
Note: Do not use would or would not in the IF clause.
Example :
·         If I were you, I wouldn't do that. = I wouldn't do that, if I were you.
·         If I had more time, I would do more on my websites. = I would do more on my websites, if I had more time.

Conditional Tipe III

Used to express a condition in the past are not likely to happen again. Often used to criticize or regret. Tenses used in the IF clause is Past Perfect Tense.

Formula

(Klausa IF)
(Induk Kalimat)
If I had worked harder,
I would have passed my exam.
If I had worked harder,
I could have passed my exam.
If I had worked harder,
I should have passed my exam.
or
(Induk Kalimat)
(Klausa IF)
I would have passed my exam
if I had worked harder.
I could have passed my exam
if I had worked harder.
I should have passed my exam
if I had worked harder.
Note: Do not use would have or would not have, etc. in the IF clause.
Example :
·         If I hadn't helped you, you would have failed. = You would have failed, if I hadn't helped you.
·         If it had been sunny, we could have gone out. = We could have gone out, if it had been.



























Senin, 12 Maret 2012

KONSTRUKSI BANGUNAN TAHAN GEMPA


KONSTRUKSI BANGUNAN TAHAN GEMPA

Bangunan anti gempa yang mempunyai kualitas yang baik, hendaknya tidak hanya di bangun di daerah rawan gempa. Kematian yang diakibatkan oleh gempa kebanyakan karena bahan bangunan atau konstruksi bangunan yang tidak memenuhi standar baku. Cacat dan luka parah tertimpa beton menambah deretan korban gempa.
Standar bangunan anti gempa
Bangunan anti atau tahan gempa adalah sebuah bangunan dengan konstruksi struktur bangunan yang kuat. Bangunan ini diharapkan mampu bertahan dari gempa hingga berkekuatan 7 skala Ritcher. Kalaupun ada gempa yang lebih keras lagi, diharapkan bahwa bangunan tidak langsung roboh tapi roboh perlahan sehingga member waktu untuk menyelamatkan diri.
Untuk mendapatkan bangunan tahan gempa yang baik, maka struktur bangunan harus simetris. Bangunan dengan struktur simetris sudah terbukti kuat dibandingkan dengan struktur yang tidak simetris. Estetika bangunan memang penting sebagai upaya memperindah lingkungan dan enak dipandang mata. Tapi yang harus dipikirkan terlebih dahulu adalah kerangka bangunan yang kuat.
Salah satu bahan bangunan yang bagus untuk bangunan anti gempa adalah baja ringan dan semen mortar. Sudah saatnya orang-orang yang berkecimpung di bidang pembangunan memikirkan untuk memakai bahan bangunan yang seringan mungkin. Penggunaan bahan yang ringan ini merupakan syarat bagi bangunan anti gempa. Baja ringan yang pertisi dapat membuat penggunaan genting lebih optimal.
Tiang bangunan berdiameter kecil juga bisa menggunakan baja ringan. Selain baja ringan, semen mortar cukup bagus dipakai pada bangunan anti gempa. Selain tahan api, jenis semen ini dapat menahan panas matahari. Harganya memang lebih mahal. Tapi investasi untuk keselamatan jiwa  ini tidak aka nada ruginya.

Struktur Bangunan Tahan Gempa
·         Perinsip bangunan tahan  gempa
Bangunan yang di katakan tahan gempa adalah bangunan yang merespon gempa dengan sifat dakilitas yang mampu bertahan dari keruntuhan, dan fleksibilitas dalam meredam getaran gempa.
1.      Dirancang dan diperhitungkan
2.      Kombinasi beban dan analisis struktur
3.      Penggunaan matrial yang ringan
4.      Penempatan massa struktur yang terpisah namun saling berinteraksi
·         Ciri-ciri umum fisik bangunan tahan gempa
1.      Struktur memiliki sistem penahan gaya dinakik gempa.
2.      Kekuatan sistem penahan gempa
3.      Konfigurasi strukturnnya memenudi syarat untuk tujuan bangunan tahan gempa


Hal yang harus diperhatikan saat membangun bangunan tahan gempa
·         Pondasi
Pondasi merupakan bagian dari struktur yang paling bawah dan berfungsi untuk menyalurkan beban ke tanah. Untuk itu pondasi harus diletakkan pada tanah yang keras. Kedalaman minimum untuk pembuatan pondasi adalah 6- – 75 cm. Pasangan batu gunung untuk pondasi dikerjakan setelah lapisan urug dan aanstamping selesai dipasang.Pondasi juga harus mempunyai hubungan yang kuat dengan sloof. Hal ini dapat dilakukan dengan pembuatan angkur antara sloof dan pondasi dengan jarak 1 m. Angkur dapat dibuat dari besi berdiameter 12 mm dengan panjang 20 -25 cm. Pondasi salah satu hal yang harus di perhatikan pada saat membangun, karena pondasi termausk kalah satu bagian penting dalam bangunan.


·         Beton
Beton adalah bagian umum pada bangunan, beton dapat di buat dengan mencapur Pasir(ageregat halus, kerikil (ageregat kasar) air dan semen.


·         Beton Bertulang
Beton bertulang merupakan bagian terpenting dalam membuat rumah menjadi tahan gempa. Pengerjaan dan kualitas dari beton bertulang harus sangat diperhatikan karena dapat melindungi besi dari pengaruh luar, misalnya korosi. Para pekerja atau tukang suka menganggap remeh fungsinya. Penggunaan alat bantu seperti molen atau vibrator sangat disarankan untuk menghasilkan beton dengan kualitas tinggi.


Kesimpulan
Bahwa banyak bangunan yang mudah roboh saat gempa disebabkan karena konstruksi bangunan yang kurang kokoh dan tidak memenuhi standar baku. Maka dari itu untuk mendapatkan bangunan tahan gempa yang baik buatlah struktur bangunan yang lebih simetris. Karena bangunan dengan struktur simetris sudah terbukti lebih kuat dibandingkan dengan struktur yang tidak simetris. Dan salah satu penunjang agar bangunan itu kokoh yang harus dipikirkan terlebih dahulu adalah kerangka bangunan yang kuat, serta bahan baku yang memenuhi syarat untuk bangunan tahan gempa seperti baja ringan dan semen mortar. Jika sebuah bangunan di bangun dengan bahan baku seperti yang di jelaskan di atas, maka bangunan tersebut akan mampu bertahan dari gempa hingga berkekuatan 7 skala Ritcher.

Sumber :